Shop
Your Cart
Oooops...
Your cart is empty
Subtotal
IDR 0
Kesehatan Mental Pria: Antara Stigma Sosial dan Pengaruhnya Pada Hidupmu
Lifestyle
8 October 2020

Preview 30 Seconds

Kesadaran terhadap kesehatan mental di Indonesia masih cenderung rendah. Hal itu ditandai dengan masih kuatnya stigma terhadap gangguan pada mental, terutama bagi pria.

Namun di balik semua itu, ada harga yang harus dibayar, yaitu munculnya jerawat akibat penggunaan masker, maskne. Maskne adalah istilah baru yang digunakan untuk menggambarkan jerawat yang muncul akibat penggunaan masker dalam jangka waktu yang lama.

Jika ada pria yang mengalami masalah pada kesehatan mental, seperti depresi, maka dianggap lemah. Pandangan itu menjadikan pria percaya bahwa hal itu benar adanya dan membuat pria merasa enggan untuk mendatangi ahlinya untuk menyelesaikan masalah. Ada hal penting yang harus dipahami pria tentang kesehatan mental.

Bicara soal kesehatan mental mungkin belum banyak orang yang menyadari tentang makna dan pengaruhnya bagi kehidupan. Kebanyakan masyarakat Indonesia sendiri belum sepenuhnya sadar tentang pentingnya kesehatan mental, terutama pria.

Stigma yang muncul di tengah masyarakat tentang pria yaitu pria adalah makhluk yang harus kuat dan mandiri untuk mengatasi masalahnya sendiri, serupa dengan stigma sosial masyarakat adaptasi dari tradisi lokal. Pria memang harus menjadi makhluk yang kuat dan mandiri, namun secara kejiwaan, tiap orang punya hak yang sama untuk memperoleh kebahagiaan, terlepas ia berjenis kelamin pria maupun wanita.

Pria dan Kesehatan Mental

Menurut laporan dari WHO tahun 2018, di negara-negara dengan penghasilan tinggi, pria yang meninggal karena bunuh diri tiga kali lebih banyak dari wanita.

Melansir dari healthline.com, National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism menyebutkan angka tahunan pria yang meninggal karena alkohol sebanyak 62.000 orang, dibandingkan dengan wanita yang berada pada angka 26.000 orang.

Jika pria terlihat lebih mudah untuk tampil tenang, berbanding dengan wanita yang lebih mudah untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Tampilan tersebut yang pada akhirnya menjadikan pria dianggap lebih kuat menghadapi masalah, bahkan saat ia sendiri sedang mengalami masalah pada jiwanya.

Kesehatan mental bisa dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan seseorang yang memengaruhi kepribadian dan perilaku. Peristiwa tersebut bisa berupa kekerasan, masalah dalam keluarga, seperti pertengkaran hebat orangtua yang terjadi secara terus-menerus, pelecehan seksual, dan sebagainya.

Peristiwa-peristiwa tersebut akan terekam di dalam otak dan memengaruhi kepribadian serta tingkah laku. Apalagi jika hal tersebut terjadi di saat seseorang masih kecil, maka ingatan peristiwa tersebut akan terus terbawa sampai ia dewasa dan membentuk perilakunya.

Gangguan Kesehatan Mental

Sebelum masuk ke pembahasan lebih lanjut, kita pahami dulu mengenai penyebab yang menjadi gangguan pada kesehatan mental. Berikut beberapa gangguan yang umum terjadi:

  • Stres berat
  • Trauma kecelakaan
  • Kekerasan rumah tangga
  • Kekerasan pada masa kecil
  • Faktor genetik
  • Cedera kepala
  • Mengalami diskriminasi atau stigma
  • Kehilangan pekerjaan

Melansir dari mayoclinic, tanda seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, di antaranya:

  • Merasa sedih atau terpuruk
  • Konsentrasi menurun
  • Ketakutan atau khawatir berlebihan
  • Perubahan suasana hati yang ekstrem
  • Mengalami gangguan tidur, halusinasi, paranoia, atau delusi
  • Keinginan bunuh diri
  • Perubahan perilaku, gairah seksual menurun, dan perubahan pola makan

Nggak cuma secara perilaku dan emosi saja yang mengalami gangguan, tapi secara fisik pun kamu juga bisa mengalami beberapa gejala fisik, seperti sakit perut, maag, sakit punggung, sakit kepala, atau nyeri yang nggak bisa dijelaskan.

Namun, meski kamu merasa mengalami beberapa tanda tersebut, nggak disarankan untuk melakukan self-diagnostic. Kamu tetap perlu untuk mendatangi ahlinya untuk mendapatkan diagnosis yang sesuai dan penanganannya secara tepat.

Stigma Kesehatan Mental Pria

Stigma yang muncul di masyarakat adalah pria harus menjadi makhluk yang kuat dan macho sehingga jika seseorang mengalami masalah pada kejiwaannya dan mendatangi ahlinya untuk menyelesaikan masalah, pria akan dianggap lemah dan hal itu menjadi sebuah keengganan bagi pria sehingga sebagian besar pria menanggap depresi atau gangguan mental adalah tanda kelemahan.

Padahal kesehatan mental juga sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Pria harus mengubah pandangan itu dan nggak perlu segan untuk mengatasinya karena lemah atau kuatnya seseorang bukan ditandai dengan sehat atau tidaknya mental seseorang.

Kedang, secara nggak sadar, pria kerap mengalami kelelahan mental yang menimbulkan gejala, seperti menjadi pemarah, agresif, dan mudah tersinggung. Namun, saat mengalami hal-hal tersebut, pria lama kelamaan mungkin akan sadar bahwa ia mengalami masalah namun lebih memilih untuk menyembunyikannya. Padahal jika terus menerus terjadi maka akan menimbulkan hal yang lebih parah, seperti stres berkepanjangan dan depresi.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik sehingga keduanya perlu dirawat dan dijaga kesehatannya. Menjaga kesehatan mental hampir sama dengan menjaga kesehatan fisik. Jika kesehatan fisik dijaga dengan makan makanan bergizi dan minum vitamin serta olahraga, maka kesehatan mental nggak cuma itu.

Apa yang kamu makan dan lakukan, nggak cuma berpengaruh pada kesehatan fisik saja, tapi juga memengaruhi mental. Contohnya, jika kamu sering begadang, maka akan timbul gangguan secara fisik, seperti mata lelah, mengantuk berlebihan, sakit kepala, hingga obesitas. Nah, kurang tidur juga ternyata memengaruhi kesehatan mental juga. Kamu akan menjadi mudah marah, bahkan untuk hal-hal yang sepele, hingga munculnya stres.

Langkah-Langkah untuk Mengatasi Stigma

Stigma tentang kesehatan mental masih bisa kamu atasi demi kesehatan dan kebahagiaan dirimu. Beberapa hal berikut dapat kamu lakukan, yaitu:

1. Mendapatkan perawatan

Hal pertama yang bisa kamu lakukan adalah dengan mendapatkan perawatan yang tepat. Jangan biarkan stigma menghalangi kamu mendapatkan perawatan dan pertolongan. Perawatan bisa membantu kamu mendapatkan solusi untuk diri kamu dan hidupmu sehingga kamu bisa menjalani kehidupan dengan lebih ringan.

2. Jangan biarkan stigma membuatmu ragu dan malu

Sebetulnya stigma nggak datang dari diri kamu. Secara tidak sadar, kamu yang mempercayai stigma tersebut sehingga menghalangi diri sendiri untuk mencari pertolongan. Kamu terlalu berharga untuk membiarkan dirimu terkurung dalam stigma yang merugikan.

3. Jangan mengisolasi diri

Jika kamu sadar bahwa kamu mengalami gangguan pada mental, maka jangan menjadi rendah diri dan mengisolasi dari lingkungan sosial di sekitar. Percayalah bahwa akan selalu ada orang terdekat yang mendukung dan mampu membantumu.

4. Dukung dirimu sendiri

Sebaik apa pun perawatan yang kamu dapatkan, jika kamu nggak menerima keadaanmu, maka kamu nggak bisa menjalani perawatan dengan maksimal. Orang yang paling memahami kamu adalah dirimu sendiri, maka dukungan dari dalam dirimu sendiri adalah hal utama yang paling penting.

Ingat hidupmu adalah milikmu sendiri. Jadi, kamulah yang bertanggungjawab atas kebahagiaanmu. Gangguan mental bukanlah tanda kelemahan karena setiap orang bisa saja mengalami hal tersebut, bahkan tanpa disadarinya.

Selalu berikan waktu untuk dirimu dan cintai dirimu sepenuhnya. Jangan memaksakan diri jika kamu sudah lelah secara fisik, istirahat sejenak dan nikmati waktu santaimu melakukan hobi yang kamu suka. Atur waktu sebaik mungkin untuk bekerja, beristirahat, dan olahraga.